Ini adalah artikel lanjutan dari artikel kumpulan humor gusdur di internet yang saya publikasikan kemarin . dan semoga humor-humor gusdur semasa hidupnya bisa menghibur anda. dan menjadi amal baik bagi beliau, amiin.....
Buto Cakil Pembayar
|
Demonstran?
|
Punakawan selalu digambarkan sebagai
|
kstaria. Musuhnya jelek-jelek semua,
|
misalnya Buto Cakil. Punakawan sering
|
diculik, dibawa berpindah dari satu tempat
|
ke tempat lain.
|
Tapi, menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya
|
serba tak jelas. Perilaku kesatria pun tak
|
jelas. Yang jadi Punakawan pun tak jelas.
|
Yang disebut istana pun tak jelas. Sebab
|
saat ini masih banyak istana, ada yang di
|
Cendana, ada yang di sana, pokoknya di
|
mana-mana.
|
"Supaya rakyat tentram, mbok ya (para
elite
|
politik) itu kalau berantem caranya yang
|
cerdas lah. Rakyat seperti kita ini kan
juga
|
perlu tahu. Bukan begitu, Gus?"
|
"Sebelum tahu istananya, harus tahu
dulu
|
siapa demonstrannya," jawab Gus Dur.
|
"Ya sebelum tahu demonstrannya, harus
|
tahu dulu siapa yang membayari."
(mbs)
|
Sumber: okezone.com, 10 November 2009
|
Tukang Santet Jakarta
|
Main hakim sendiri seakan sudah dianggap
|
normal oleh masyarakat kita. Pelakunya
|
bukan cuma rakyat biasa, tapi sering
justru
|
aparat yang berwenang. Paling tidak
|
penghakiman dilakukan di depan aparat.
|
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh
|
sebelum pembredelan pernah
|
"menghitamkan" beberapa
halamannyla
|
sebagai tanda prihatin. Para pembaca
|
Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam
|
dugaan pun segera muncul. Gus Dur
|
termasuk yang heran dan menduga-duga.
|
"Mengapakah Tempo dibuat hitam
seperti
|
itu?" tanya Gus Dur dalam "kuis
imajiner"-
|
nya.
|
"Karena reportase soal tukang santet
dan
|
bromocorah Jember."
|
"Siapakah yang memerintahkan
|
penghitaman itu?"
|
"Tukang santet dan bromocorah
|
Jakarta."(mbs)
|
Sumber: okezone.com, Senin, 19
|
Oktober 2009
|
Keliling Dunia Tidak Mati
|
Kok!
|
Empat dokter ahli menyampaikan analisis
|
negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada
|
DPR. Jauh sebelumnya, salah satu Ketua
|
DPP Partai Golkar Agung Laksono juga
|
pernah mengungkit masalah itu. Agung,
|
yang juga dokter, mengusulkan agar
|
Presiden Gus Dur diperiksa oleh tim dokter
|
independen. Usul itu disetujui oleh Ketua
|
MPR Amien Rais.
|
Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo, wartawan
|
pun menanyakan usulan Agung Laksono itu.
|
"Kalau mau tahu soal kesehatan sata,
tanya
|
saja sama dokter yang pernah memeriksa
|
saya," jawab Gus Dur serius.
|
Kalau belum percaya? "Gampang saja,
saya
|
keliling (dunia) ini tidak mati kok,"
jawab
|
Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.
|
Tapi kemudian Gus Dur bilang,
"Masalah
|
begitu jangan tanya sayalah. Saya sudah
|
malas menjawabnya. Punya ambisi politik
|
saja kok sampai begitu." (mbs)
|
Panglima AL Paraguay
|
Paraguay dikenal sebagai salah satu negara
|
yang tidak mempunyai laut. Tapi anehnya,
|
negara Amerika Latin ini punya panglima
|
angkatan laut.
|
Suatu ketika, kata Gus Dur, Panglima AL
|
Paraguay ini berkunjung ke negara Brasil.
|
Dalam kunjungan itu ia menemui Panglima
|
AL Brasil. Salah seorang staf AL Brasil
yang
|
ikut menemuinya bertanya seenaknya,
|
"Negara bapak itu aneh ya. Tidak
punya
|
laut, tapi punya panglima seperti
Bapak."
|
Dengan kalem sang tamu pun menanggapio,
|
"Negeri Anda ini juga aneh, ya.
Hukumnya
|
tidak berjalan, tapi merasa perlu
|
mengangkat seorang menteri
kehakiman."
|
(mbs)
|
Sumber: okezone, 15 September 2009
|
Orang NU Gila
|
Rumah Gus Dur di kawasan Ciganjur,
|
Jakarta Selatan, sehari-harinya tidak
pernah
|
sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam,
|
bahkan tak jarang sampai dinihari para
tamu
|
ini datang silih berganti baik yang dari
|
kalangan NU ataupun bukan. Tak jarang
|
mereka pun datang dari luar kota.
|
Menggambarkan fanatisme orang NU, kata
|
Gus Dur, menurutnya ada 3 tipe orang NU.
|
“Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi
|
hingga jam sembilan malam, dan
|
menceritakan tentang NU, itu biasanya
|
orang NU yang memang punya komitmen
|
dan fanatik terhadap NU,” tegas Gus Dur.
|
Orang NU jenis yang kedua, mereka yang
|
meski sudah larut malam, sekitar jam dua
|
belas sampai jam satu malam, namun masih
|
mengetuk pintu Gus Dur untuk
|
membicarakan NU, “Itu namanya orang gila
|
NU,” jelasnya.
|
“Tapi kalau ada orang NU yang masih juga
|
mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari
|
hingga jam enam pagi, itu namanya orang
|
NU yang gila,” kata Gus Dur sambil
terkekeh.
|
Sumber: okezone
|
Lupa Tanggal Lahir
|
Gus Dur, nama lengkapnya adalah
|
Abdurrahma Al-Dakhil. Dia dilahirkan pada
|
hari Sabtu di Denanyar, Jombang, Jawa
|
Timur. Ada rahasia dalam tanggal
|
kelahirannya. Gus Dur ternyata tidak tahu
|
persis tanggal berapa sebenarnya dia
|
dilahirkan.
|
Sewaktu kecil, saat dia mendaftarkan diri
|
sebagai siswa di sebuah SD di Jakarta, Gus
|
Dur ditanya, " Namamu siapa
Nak?"
|
"Abdurrahman," jawab Gus Dur.
|
"Tempat dan tanggal lahir?'
"Jombang ...,"
|
jawab Gus Dur terdiam beberapa saat.
|
"Tanggal empat, bulan delapan, tahun 1940
|
," lanjutnya
|
Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung
|
dulu bula kelahirannya. Gus Dur hanya
hapal
|
bulan Komariahnya, yaitu hitungan
|
berdasarkan perputaran bulan. Dia tidak
|
ingat bulan Syamsiahnya atay hitungan
|
berdasarkan perputaran matahari.
|
Yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan
|
Syakban, bulan kedelapan dalam hitungan
|
Komariag. Tetapi gurunya menganggap
|
Agustus, yaitu bulan delapan dalam
hitungan
|
Syamsiah.
|
Maka sejak itu dia dianggap lahir pada
|
tanggal 4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya
|
dia lahir pada 4 Syakban 1359 Hijriah atau
7
|
September 1940.
|
Santri Dilarang Merokok
|
"Para santri dilarang keras
merokok!"
|
begitulah aturan yang berlaku di semua
|
pesantren, termasuk di pesantren Tambak
|
Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur
|
pernah nyatri. Tapi, namanya santri, kalau
|
tidak bengal dan melanggar aturan rasanya
|
kurang afdhol.
|
Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di
|
pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun
|
jadi gelap gulita. Para santri ada yang
tidak
|
peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang
|
terlihat jalan-jalan mencari udara segar.
Di
|
luar sebuah rumah, ada seseorang sedang
|
duduk-duduk santai sambail merokok.
|
Seorang santri yang kebetulan melintas di
|
dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok
di
|
tengah kegelapan itu.
|
"Nyedot, Kang?" sapa si santri
sambil
|
menghampiri "senior"-nya yang
sedang asyik
|
merokok itu. Langsung saja orang itu
|
memberikan rokok yang sedang dihisapnya
|
kepada sang "yunior". Saat
dihisap, bara
|
rokok itu membesar, sehingga si santri
|
mengenali wajah orang tadi.
|
Saking takutnya, santri itu langsung lari
|
tunggang langgang sambil membawa rokok
|
pinjamannya. "Hai, rokokku jangan
dibawa!"
|
teriak Kiai Fatta.
|
Doa Mimpi Matematika
|
Jauh sebelum menjadi presiden, Gus Dur
|
dikenal sebagai penulis yang cukup
|
produktif. Hampir tiap pekan tulisannya
|
muncul di koran atau majalah. Tema
|
tulisannya pun beragam, dari soal politik,
|
sosial, sastra, dan tentu saja agama.
|
Dia pernah mengangkat soal puisi yang
|
ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15
|
tahun yang dimuat majalah Zaman.
|
Kata Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih
|
jujur dalam mengungkapkan keinginannya.
|
Enggak percaya? Gus Dur membacakan puisi
|
yang dibuat Zul Irwan
|
Tuhan …
|
berikan aku mimpi malam ini
|
tentang matematika
|
yang diujikan besok pagi
|
Obrolan Hari Jumat
|
Pernah suatu ketika Gus Dur di ruang
|
kerjanya di Istana Merdeka menerima
|
Mohammad Sobary, peneliti dari LIPI,
|
kolumnis dan pernah menjadi pemimpin
|
Kantor Berita Antara dan Djohan Effendi
|
(Kepala Litbang Departemen Agama).
|
Hampir sepanjang hari Gus Dur berbincang-
|
bincang dengan kedua sahabatnya tersebut.
|
Sobary sempat menjadi moderator ketika
|
berlangsung dialog antara Gus Dur dengan
|
masyarakat seusai shalat Jumat di Masjid
|
Baiturrahim (Masjid Istana Kepresidenan).
|
Sobary lantas mengulang cerita Gus Dur
|
tentang hal lucu yang terjadi di sekitar
Gus
|
Dur selama masa istirahat. Sebelum shalat
|
Jumat, Gus Dur dari ruang kerjanya
|
menelepon Menteri Agama di kantornya.
|
Kebetulan yang mengangkat telepon di
|
kantor Menteri Agama adalah seorang staf
|
menteri.
|
Dialognya demikian:
|
Gus Dur: Hallo, saya mau bicara dengan
|
Menteri Agama
|
Staf Departemen Agama: Ini siapa?
|
Gus Dur: Saya Abdurrahman Wahid
|
Staf Departemen Agama: Abdurrahman
|
Wahid siapa?
|
Gus Dur: Presiden.....
|
Dua Gus Adalah Musuh
|
Orba
|
Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan
|
bagi anak kiai yang mereka hormati .
|
Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan
|
sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek.
|
Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus Nun,
|
Gus Mus, dan lain-lain-anpa menyebut diri
|
sendiri.
|
Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin, lain
|
pula pandangan pemerintah Orde Baru.
|
Yang terakhir ini tak suka dengan para Gus
|
itu, terutama yang kritis terhadap
|
kekuasaan.
|
Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah
|
Orde Baru mengakibatkan ia
"dikucilkan."
|
Gus Nun sering ngomong pedas, maka
|
dianggap musuh pemerintah juga .
|
Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan makan
|
malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya
|
ada satu "Gus" lagi yang tidak
disukai
|
pemerintah .
|
Para tamu pun penasaran, dan menunggu
|
Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud .
|
"Gusmao...," ungkap Gus Dur
menyebut
|
nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang
|
Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin
|
yang saat itu masih di penjara.
|
Gus Dur dan UU
|
Pornografi
|
Humor ini muncul saat Dewan Perwakilan
|
Rakyat akan mengesahkan Rancangan
|
Undang-undang Pornografi menjadi undang-
|
undang pada pertengahan 2008. Berbagai
|
pro dan kontra berkembang. Demonstrasi di
|
mana-mana.
|
Gus Dur yang terkenal sebagai tokoh
|
kebebasan berpikir, tidak ambil pusing.
Bagi
|
dia, di dalam Islam pun telah ada porno.
|
Jadi tidak perlu diperdebatkan. Berikut
cerita
|
mengenai 189 Gaya Bersetubuh yang dikutip
|
dari berbagai sumber:
|
Ketika semua pihak berteriak musnahkan
|
pornoaksi dan pornografi di negeri ini
karena
|
tidak sesuai dengan syariat Islam, Gus Dur
|
justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha
|
mengambil contoh dari sisi pandangan Islam
|
tentang porno tersebut.
|
Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab
|
interview, Gus Dur menyebut kitab
Raudlatul
|
Mu’aththar sebagai korban tentang
|
kesalahan memandang pengertian daripada
|
kata porno.
|
“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar
|
(Kebun Wewangian) itu merupakan kitab
|
Bahasa Arab yang isinya tata cara
|
bersetubuh dengan 189 gaya."
|
"Kalau begitu, kitab itu cabul dong?”
|
Becak Dilarang Masuk
|
Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah
|
bercerita kepada Menteri Pertahanan saat
|
itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang
|
katanya banyak akal dan cerdik. Cerita ini
|
masuk dalam buku Setahun bersama Gus
|
Dur, Kenangan Menjadi Menteri di Saat
Sulit.
|
Ceritanya, ada tukang becak asal Madura
|
yang pernah dipergoki oleh polisi ketika
|
melanggar rambu “becak dilarang masuk”.
|
Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada
|
rambu gambar becak disilang dengan garis
|
hitam yang berarti jalan itu tidak boleh
|
dimasuki becak.
|
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu
kan
|
gambar becak tidak boleh masuk jalan ini,”
|
bentak polisi.
|
“Oh
saya melihat pak, tapi itu kan
|
gambarnya becak kosong. Becak saya kan
|
ada yang mengemudi,” jawab si tukang
|
becak .
|
“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah
|
gambar itu kan ada tulisan bahwa becak
|
dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.
|
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau
saya
|
bisa membaca maka saya jadi polisi seperti
|
sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti
|
ini,” jawab si tukang becak sambil
|
cengengesan.
|
Radio Islami
|
Seorang Indonesia yang baru pulang
|
menunaikan ibadah haji terlihat marah-
|
marah.
|
“Lho kang, ngopo ngamuk-ngamuk
|
mbanting radio? (Kenapa ngamuk-ngamuk
|
membanting radio?)” tanya kawannya
|
penasaran.
|
“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram.
|
Temannya terpaku kebingungan.
|
“Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji
Alquran
|
terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut
tok.
|
Radio begini kok dibilang radio Islami.”
|
“Sampean (Anda) tahu itu radio Islami dari
|
mana?”
|
“Lha…, itu bacaannya all-transistor. Kan
|
pakai Al."