Selera humor adalah salah satu indikator kesuksesan seseorang. Seperti almarhum K.H. Abdulrahman Wahid alias gusdur yang mampu membelokkan pembicaraan dengan sesuatu yang tidak diduga, yang bisa membuat orang yang mendengarnya tertawa tetapi tidak lari dari konsep dan kontek pembicaraan. itulah kemampuan humor cerdas yang dimiliki oleh gusdur. ini adalah artikel lanjutan dari Kumpulan Humor Gusdur di Internet 1 dan Kumpulan Humor Gusdur di Internet 2. semoga anda terhibur:
Ho Oh
|
Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari
|
Amerika Serikat sedang jalan-jalan di
|
Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia
|
kemudian bertanya kepada seorang penjual
|
rokok. "Apa betul ini Jalan
Sudirman?" "Ho
|
oh," jawab si penjual rokok.
|
Karena bingung dengan jawaban tersebut,
|
dia kemudian bertanya lagi kepada seorang
|
Polisi yang sedang mengatur lalu lintas.
"Apa
|
ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab,
|
"Betul."
|
Karena bingung mendapat jawaban yang
|
berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus
|
Dur yang waktu itu kebetulan melintas
|
bersama ajudannya. "Apa ini Jalan
|
Sudirman?" Gus Dur menjawab
"Benar."
|
Bule itu semakin bingung saja karena
|
mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu
|
akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi,
|
mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab
|
"Ho oh," lalu tanya polisi
dijawab "betul" dan
|
yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata
|
"benar."
|
Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia
berkata,
|
"Ooh begini, kalau Anda bertanya
kepada
|
tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh,
|
kalau yang bertanya kepada tamatan SMA
|
maka jawabannya adalah betul. Sedangkan
|
kalau yang bertanya kepada tamatan
|
Universitas maka jawabannya benar."
|
Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya
|
bertanya, "Jadi Anda ini seorang
sarjana?"
|
Dengan spontan Gus Dur menjawab, "Ho
...
|
oh!"
|
Sumber: marhendraputra.co.cc, 3 Januari
|
2010
|
Made In Japan, Sangat Cepat ...
|
Di luar Hotel Hilton, Gus Dur bersama
|
sahabatnya yang seorang turis Jepang mau
|
pergi ke Bandara. Mereka naik taksi di
jalan,
|
tiba-tiba saja ada mobil kencang sekali
|
menyalip taksinya. Dengan bangga Si
|
Jepang berteriak, "Aaaah Toyota, made
in
|
Japan. Sangat cepat...!"
|
Tidak lama kemudian, mobil lain menyalip
|
taksi itu. Si Jepang teriak lagi,
"Aaaah
|
Nissan, made ini Japan. Sangat
cepat."
|
Beberapa lama kemudian, taksi yang ia
naiki
|
lagi-lagi disalip mobil, dan Si Jepang
teriak
|
lagi "Aaaah Mitsubishi. Made in Japan
sangat
|
cepat...!" Gus Dur dan sopir taksi
itu merasa
|
kesal melihat Si Jepang ini bener-bener
|
nasionalis.
|
Kemudian, sesampainya di bandara, sopir
|
taksi bilang ke Si Jepang. "100
dolar,
|
please..."
|
"100 dolars...?! Ini tidak jauh dari
hotel."
|
"Aaaah... Argometer made in Japan kan
|
sangat cepat sekali," kata Gus Dur
menyahut
|
Si Jepang itu.
|
DPR Turun Pangkat
|
Dia juga sempat melontarkan guyonan
|
tentang prilaku anggota Dewan Perwakilan
|
Rakyat. Sempat menyebut mereka sebagai
|
anak Taman Kanak-Kanak. Gus Dur pun
|
berseloroh anggota DPR sudah "turun
|
pangkat" setelah ricuh dalam sidang
|
paripurna pembahasan kenaikan bahan
|
bakar minyak (BBM) pada 2004 silam.
|
"DPR dulu TK, sekarang
playgroup," kata
|
Gus Dur, ketika menjawab pertanyaan
|
wartawan tentang kejadian di DPR saat
|
sidang itu.
|
Dicium Artis Cantik
|
Magnet sense of humor Gus Dur yang tinggi
|
membuat kesengsem salah satu artis cantik
|
saat hadir dalam suatu acara di rumah
salah
|
seorang pengasuh Pondok Kajen. Saking
|
gemesnya, artis itu dengan santai langsung
|
ngesun (mencium) pipi Gus Dur tanpa pake
|
permisi.
|
Jelas beberapa di antara mereka yang hadir
|
langsung dibikin kaget dan bingung. Siapa
|
yang kuat ngeliat kiat nyentrik cuma diem
|
aja disun (dicium) artis cantik.Tak lama
|
kemudian begitu sudah agak sepi, Gus Mus
|
yang sedang di antara mereka, langsung
|
numpahin sederet kalimat yang sudah dari
|
tadi cuma bisa disimpan dalam hati. “Loh
|
Gus, Kok Gus Dur diam saja sih disun sama
|
perempuan?’
|
Dengan santai dan silakan bayangin sendiri
|
gayanya, Gus Dur malah ngasih jawaban
|
sepele.
|
“Lha wong saya kan nggak bisa lihat. Ya
|
mbok sampeyan jangan pengin.”
|
NU Diskon
|
Suatu hari, di bulan Ramadan, Gus Dur
|
bersama seorang kiai lain (kiai Asrowi)
|
pernah diundang ke kediaman mantan
|
presiden Soeharto untuk buka bersama.
|
Setelah buka, kemudian salat Maghrib
|
berjamaah. Setelah minum kopi, teh dan
|
makan, terjadilah dialog antara Soeharto
dan
|
Gus Dur.
|
“Gus Dur sampai malam di sini?”
|
“Engga Pak! Saya harus segera pergi ke
|
‘tempat lain’.”
|
“Oh iya ya ya… silaken. Tapi kiainya kan
|
ditinggal di sini ya?”
|
“Oh, iya Pak, tapi harus ada penjelasan.”
|
“Penjelasan apa?”
|
“Salat Tarawihnya nanti itu ngikutin NU
lama
|
atau NU baru?”
|
Soeharto jadi bingung, baru kali ini dia
|
mendengar ada NU lama dan NU baru.
|
Kemudian dia bertanya. “Lho NU lama dan
|
NU baru apa bedanya?”
|
”Kalau NU lama, Tarawih dan Witirnya itu
23
|
rakaat,” kata Gus Dur.
|
“Oh iya iya ya ya… ga apa-apa….”
|
Gus Dur sementara diam.
|
“Lha kalau NU baru?” tanya Soeharto.
|
“Diskon 60 persen. Salat Tarawih dan
|
Witirnya cuma tinggal 11 rakaat.” Semua
|
tamu buka puasa langsung tertawa.
|
Che Guevara
|
guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi
|
Presiden RI, saat berkunjung ke Kuba dan
|
bertemu dengan Fidel Castro.
|
Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel
|
tempat Gus Dur dan rombongannya
|
menginap selama di Kuba. Dan mereka pun
|
terlibat pembicaraan hangat, menjurus
|
serius. Agar pembicaraan tidak terlalu
|
membosankan, Gus Dur pun mengeluarkan
|
jurus andalannya, yaitu guyonan.
|
Beliau bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel
|
Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang
|
berada dalam satu sel. Para tahanan itu
|
saling memberitahu bagaimana mereka bisa
|
sampai ditahan di situ. Tahanan pertama
|
bercerita, “Saya dipenjara karena saya
anti
|
dengan Che Guevara.” Seperti diketahui Che
|
Guevara memimpin perjuangan kaum
|
sosialis di Kuba.
|
Tahanan kedua berkata geram, “Oh kalau
|
saya dipenjara karena saya pengikut Che
|
Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat
|
perang mulut. Tapi mendadak mereka
|
teringat tahanan ketiga yang belum
ditanya.
|
“Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di
|
sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan
|
ketiga.
|
Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan
|
berat hati, “Karena saya Che Guevara.”
|
Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak
|
mendengar guyonan Gus Dur tersebut.
|
Siapa yang Paling Berani
|
Di atas geladak kapal perang US Army tiga
|
pemimpin negara sedang “berdiskusi”
|
tentang prajurit siapa yang paling berani.
Eh
|
kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu
yang
|
sedang kelaparan lagi berenang mencari
|
makan …
|
Bill Clinton: Kalau Anda tahu … prajurit
kami
|
adalah yang terberani di seluruh dunia …
|
Mayor .. sini deh … coba kamu berenang
|
keliling ini kapal sepuluh kali.
|
Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak,
demia
|
“The Star Spangled Banner” saya siap ,,,
|
(akhirnya dia terjun dan mengelilingi
kapal
|
10 kali sambil dikejar hiu).
|
Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai
|
pak!!! Long Live America!!
|
Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!
|
Koizumi: (tak mau ketinggal, dia panggil
|
sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar
|
(sang Sersan datang) … coba kamu keliling
|
kapal ini sebanyak 50 kali … !
|
Sersan: (melihat ada hiu … glek … tapi)
for
|
the queen I’am ready to serve!!! (pekik
sang
|
sersan, kemudian membuka-buka baju lalu
|
terjun ke laut dan berenang keliling 50
kali
|
… dan dikejar hiu juga).
|
Sersan: (menghadap sang perdana menteri)
|
GOD save the queen!!!
|
Koizumi: Hebat kamu … kembali ke tempat
|
… Anda lihat Pak Clinton … Prajurit saya
|
lebih berani dari prajurit Anda …
(tersenyum
|
dengan hebat …)
|
Gus Dur: Kopral ke sini kamu … (setelah
|
dayang …) saya perintahkan kamu untuk
|
terjun ke laut lalu berenang mengelilingi
|
kapal perang ini sebanyak 100 kali … ok?
|
Kopral: Hah … Anda gila yah …! Presiden
|
nggak punya otak … nyuruh berenang
|
bersama hiu … kurang ajar!!! (sang Kopral
|
pun pergi meninggalkan sang presiden …)
|
Gus Dur: (Dengan sangat bangga) Anda lihat
|
Pak Clinton dan Pak … Cumi Cumi … kira-
|
kira siapa yang punya prajurit yang paling
|
BERANI!!! … Hidup Indonesia … !!!
|
Doa Mimpi Matematika
|
Jauh sebelum menjadi Presiden, Gus Dur
|
dikenal sebagai penulis yang cukup
|
produktif. Hampir tiap pekan tulisannya
|
muncul di koran atau majalah. Tema
|
tulisannya pun beragam, dari soal politik,
|
sosial, sastra, dan tentu saja agama.
|
Pernah dia mengangkat soal puisi yang
|
ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15
|
tahun yang dimuat majalah Zaman. Kata
|
Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih
jujur
|
dalam mengungkapkan keinginannya.
|
Enggak percaya? Baca saja puisi yang
dibuat
|
oleh Zul Irwan ini:
|
Tuhan …
|
berikan aku mimpi malam ini
|
tentang matematika
|
yang diujikan besok pagi
|
Tiga Polisi Jujur
|
Gus Dur sering terang-terangan ketika
|
mengritik. Tidak terkecuali ketika
mengkritik
|
dan menyindir polisi.
|
Menurut Gus Dur di negeri ini hanya ada
tiga
|
polisi yang jujur. “Pertama, patung
polisi.
|
Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi
Hoegeng
|
(mantan Kapolri).”
|
Lainnya? Gus Dur hanya tersenyum.
|
Gaya Bersetubuh
|
Ketika semua pihak berteriak “Musnahkan
|
pornoaksi dan pornografi di negeri ini
karena
|
nggak sesuai dengan syariat Islam,” Gus
Dur
|
justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha
|
mengambil contoh dari sisi pandangan Islam
|
tentang porno tersebut.
|
Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab
|
interview dengan Jaringan Islam Liberal,
Gus
|
Dur menyebut kita Raudlatul Mu’aththar
|
sebagai korban tentang kesalahan
|
memandang pengertian daripada kata
|
porno.
|
“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar (The
|
Perfumed Garden, Kebun Wewangian) itu
|
merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya
|
tata cara bersetubuh dengan 189 gaya, ha …
|
ha … ha. Kalau gitu, kitab itu cabul
dong?”
|
Membuat Orang-Orang
|
Berdoa
|
Di pintu akherat seorang malaikat menanyai
|
seorang sopir Metro Mini. “Apa kerjamu
|
selama di dunia?” tanya malaikat itu.
|
“Saya sopir Metro Mini, Pak.” lalu
malaikat
|
itu memberikan kamar yang mewah untuk
|
sopir Metro tersebut dan peralatan yang
|
terbuat dari emas.
|
Lalu datang Gus Dur dengan dituntutn
|
ajudannya yang setia.
|
“Apa kerja kamu di dunia?” tanya malaikat
|
kepada Gus Dur.
|
“Saya presiden dan juga juru dakwah Pak…”
|
lalu malaikat itu memberikan kamar yang
|
kecil dan peralatan dari kayu. Melihat itu
Gus
|
Dur protes.
|
“Pak kenapa kok saya yang presiden
|
sekaligus juru dakwah mendapatkan yang
|
lebih rendah dari seorang sopir Metro..?”
|
Dengan tenang malaikat itu menjawab:
|
“Begini Pak… Pada saat Bapak ceramah,
|
Bapak membuat orang-orang semua
|
ngantuk dan tertidur… sehingga melupakan
|
Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro
|
Mini mengemudi dengan ngebut, ia
|
membuat orang-orang berdoa…”
|
Bukan Saya
|
Di sebuah sekolah dasar di Los Palos,
|
Timtim, seorang sersan kepala yang galak
|
jadi guru pengganti. Kali ini dia
mengajarkan
|
sejarah kemerdekaan RI untuk anak-anak
|
kelas III. Untuk menguji daya tangkap para
|
muridnya, ia bertanya dengan suara keras,
|
“Coba, siapa yang menurunkan bendera
|
merah, putih, biru, di Hotel Oranye
|
Surabaya?”
|
Murid-murid yang terlanjur dicekam rasa
|
ketakutan serentak menjawab, “Bukan saya,
|
Pak. Jangan tangkap saya!”
|
Humor Gusdur : Ngebor Kebanyakan
|
“Mengapa muncul bencana lumpur dan gas
|
panas di Sidoarjo?” tanya Gus Dur.
|
“Ngebornya La Pindo, jadi jebol. Kalau La
|
Pisan mungkin aman. Dalam bahasa Jawa
|
Timuran Pindo kan dua kali, Pisan,
sekali,”
|
kata Gus Dur menjawab pertanyaannya
|
sendiri.
|
Iklan Gratis
|
handoyo ‘Gus Pur’ epigon Gus Dur bernafas
|
lega ketika dipertemukan dengan tokoh
|
aslinya yaitu Gus Dur, saat program Kick
|
Andy yang diputar di Metro TV, Kamis
|
15/11/2007.
|
“Apakah Handoyo pernah minta ijin langsung
|
kepada Anda untuk menjadi Gus Dur dalam
|
Republik Mimpi?” tanya Andy F. Noya, host
|
program itu, kepada Gus Dur.
|
“Abis gimana lagi, yah anggep saja sudah,”
|
jawab Gus Dur enteng.
|
Dalam kesempatan itu, Gus Dur mengaku
|
senang dengan adanya tokoh Gus Pur dalam
|
parodi politik itu. “Itung-itung
advertensi
|
(iklan) gratis,” katanya disambut gelak
tawa
|
penonton.
|
Bahkan ketika ditanya lebih ganteng siapa
|
antara Gus Dur dan Gus Pur. Gus Dur
|
mengatakan Handoyo seperti iklan film foto
|
yang bermoto ’seindah warna aslinya’, tapi
|
Gus Dur memplesetkannya menjadi, “lebih
|
indah dari warna aslinya,” kata Gus Dur.
|
Tuhan Tak Perlu Dibela
|
Saat kebanyakan orang saling menunjukkan
|
diri sebagai ‘pihak yang paling garang’
dan
|
‘paling ngotot’ mengatakan diri mereka
|
adalah sedang dalam perlawanan membela
|
agama Tuhan. Jelas ini adalah sikap yang
|
lagi-lagi gegabah.
|
“Tuhan nggak perlu dibela,” jawaban Gus
|
Dur kala itu. Karuan saja omongan itu juga
|
menimbulkan kontroversi. Hingga akhirnya
|
teman Gus Dur, KH Mustafa Bisri pun ikut
|
angkat bicara.
|
“Tuhan itu sebenarnya nggak butuh kita.
|
Kalau se-Indonesia ini mau jadi kafir
semua,
|
Tuhan juga nggak akan bermasalah,”
|
sambung Gus Mus menguatkan pernyataan
|
Gus Dur
|
Maju Aja Dituntun,
|
Apalagi Mundur
|
Dur dalam berbagai kesempatan selalu
|
berkata jujur. Akibat kejujurannya itu,
|
kadang kala disertai humor “tingkat
tinggi”
|
yang membuat para pendengarnya tergelak.
|
Salah satu contohnya kala Gus Dur
|
menanggapi berbagai desakan agar dirinya
|
mundur. Tanpa basa-basi dia pun
|
menimpali.
|
“Maju aja masih harus dituntun, apalagi
|
mundur,” ujar Gus Dur
|
Presiden Wisatawan
|
Teladan yang diberikan Gus Dur sangat
|
banyak. Misalnya saja saat memberikan
|
pidato di Jerman yang ikut serta mantan
|
Presiden Indonesia BJ Habibie. Di situ Gus
|
Dur runtut menyebutkan status
|
kepresidenan dari masa Pak Karno sampai
|
dirinya.
|
“Pak Karno itu presiden yang negarawan,
|
Pak Harto hartawan, Pak Habibie, sedang
|
saya sendiri Wisatawan,” ujar Gus Dur
jujur.
|
Pernyataan Gus Dur itu mungkin untuk
|
menanggapi berbagai pernyataan bahwa
|
selama dia menjabat presiden gemar
|
melancong/kunjungan ke luar negeri
|
Pikiran Porno
|
Dalam suatu kesempatan Gus Dur
|
mengeluarkan sebuah pernyataan yang
|
sebenarnya tidak dimaksudkan untuk
|
menghina. Namun dengan itu bagian dari
|
upaya Gus Dur menyampaikan joke.
|
“Alquran itu kita suci yang paling p o r n
o.
|
Ya kan bener, di dalamnya ada kalimat
|
menyusui. Berarti mengeluarkan tetek. Ya
|
udah, cabul kan?”
|
Mungkin dengan hanya kalimat guyonan itu
|
sebagian masih ada yang merasa
|
diresahkan. Masa sih ulama yang terkenal
|
wali kaya gitu? Maka, di lain waktu Gus
Dur
|
mengulangi penjelasannya dengan memilih
|
bahasa yang lebih sopan.
|
“Maksudnya, itu ayat jadi por no kalau
yang
|
baca lagi punya pikiran yang ngeres. Kalau
|
nggak, ya udah. Berarti beres.”
|
Masih nggak puas. Karenanya pertanyaan
|
berikutnya segera menyusul. “Tapi Gus,
|
Alquran kan bahasanya sopan?”
|
“Betul, juga bahasa di luar Alquran banyak
|
yang sopan. Tapi, waktu teman saya naik
|
bus, lihat orang lagi bunting. Terus dia
|
mbatin kenapa bisa bunting? Mendadak
|
‘barangnya’ (alat kelaminnya) berdiri
gara-
|
gara pikirannya itu,” jawab Gus Dur.
|
Ya, begitulah Gus Dur
|
Olimpiade
|
Hampir tak ada negara yang rela
ketinggalan
|
mengikuti Olimpiade . Acara empat tahunan
|
itu merupakan salah satu cara promosi
|
negara masing-masing. Dan tentu saja ,
|
peristiwa ini juga sangat bergengsi karena
|
acara ini diliput oleh semua media massa
|
negara peserta. Wajarlah kalau setiap
|
negara berusaha mengirimkan atlet
|
terbaiknya, dengan harapan mereka bisa
|
mendapatkan emas. Begitulah sambutan
|
Gus Dur saat melepas tim Indonesia ke
|
Olimpiade Sidney yang baru lalu.
|
Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa
|
yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu
|
Olimpiade beberapa tahun yang lalu,
|
tuturnya, kebetulan pelari asal Suriah
|
merebut medali emas. Sang pelari mampu
|
memecahkan rekor tercepat dari pemenang
|
sebelumnya, bahkan selisih waktunya pun
|
terpaut jauh.
|
Maka, dia langsung dikerubuti wartawan
|
karena punya nilai berita yang sangat
tinggi.
|
“Apa sih rahasia kemenangan anda?” tanya
|
wartawan.
|
“Mudah saja,” jawab si pelari Suriah,
enteng,
|
“Tiap kali bersiap-siap akan start, saya
|
membayangkan ada serdadu Israel di
|
belakang saya yang mau menembak saya.”
|
Ini cerita Gus Dur tentang situasi Rusia,
|
tidak lama setelah bubarnya Uni Soviet.
|
Sosialisme hancur, dan para birokrat tidak
|
punya pengalaman mengelola sistem
|
ekonomi pasar bebas. Di masa sosialisme,
|
memang rakyat sering antre untuk
|
mendapatkan macam-macam kebutuhan
|
pokok, tapi manajemennya rapi, sehingga
|
semua orang kebagian jatah. Sekarang,
|
masyarakat tetap harus antre, tapi karena
|
manejemennya jelek, antrean umumnya
|
sangat panjang, dan banyak orang yang
|
tidak kebagian jatah.
|
Begitulah, seorang aktivis sosial
berkeliling
|
kota Moskow untuk mengamati bagaimana
|
sistem baru itu bekerja. Di sebuah antrean
|
roti, setelah melihat banyaknya orang yang
|
tidak kebagian, aktivis itu menulis di
buku
|
catatannya, “roti habis.”
|
Lalu dia pergi ke antrean bahan bakar.
Lebih
|
banyak lagi yang tak kebagian. Dan dia
|
mencatat “bahan bakar habis!”, kemudian
|
dia menuju ke antrean sabun. Wah
|
pemerintah kapitalis baru ini betul-betul
|
brengsek, banyak sekali masyarakat yang
|
tidak mendapat jatah sabun. Dia menulis
|
besar-besar “SABUN HABIS!”.
|
Tanpa dia sadari, dia diikuti oleh seorang
|
intel KGB. Ketika dia akan meninggalkan
|
antrean sabun itu, si intel menegur “Hey
|
bung! dari tadi kamu sibuk mencatat-catat
|
terus, apa sih yang kamu catat?”.
|
Sang aktivis menceritakan bahwa dia sedang
|
melakukan penelitian tentang kemampuan
|
pemerintah dalam mendistribusikan barang
|
bagi rakyat .
|
“Untung kamu ya, sekarang sudah jaman
|
reformasi”, ujar sang intel, “Kalau dulu,
|
kamu sudah ditembak”.
|
Sambil melangkah pergi, aktivis itu
|
mencatat, “Peluru juga habis!
|
Salad
|
Gus Dur nggak mati akal kalau urusan
|
melucu. Bahkan, guyonan Gus Dur pun juga
|
diucapkan dalam bahasa asing. Suatu ketika
|
Gus Dur bercerita tentang ada seorang
|
pejabat negara ini yang diundang ke luar
|
negeri.
|
Dia lalu mengisahkan seorang istri pejabat
|
Indonesia yang dijamu makan malam dalam
|
sebuah kunjungan ke luar negeri.
|
Dalam kesempatan itu, kata Gus Dur, si
|
nyonya pejabat ditawarkan makanan
|
pembuka oleh seorang pramusaji, “you like
|
salad, madame?”
|
“Oh sure, I like Salat five time a day.
|
Shubuh, Dzuhur, Asyar, Maghrib and Isya,”
|
jawab si Nyonya percaya diri.
|
Membayangkan Serdadu
|
Israel
|
Hampir tak ada negara yang rela
ketinggalan
|
mengikuti olimpiade. Acara empat tahunan
|
itu merupakan salah satu cara promosi
|
negara masing-masing. Dan tentu saja,
|
peristiwa ini juga sangat bergengsi karena
|
acara ini diliput oleh media massa semua
|
negara peserta.
|
Wajarlah kalau setiap negara berusaha
|
mengirimkan atlet terbaiknya, dengan
|
harapan mereka bisa mendapat medali
|
emas. Begitulah sambutan Presiden Gus Dur
|
saat melepas tim Indonesia ke Olimpiade
|
Sydney kala itu.
|
Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa
|
yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu
|
Olimpiade beberapa tahun lalu, tuturnya,
|
kebertulan pelari asal Suriah memeperoleh
|
medali emas. Sang pelari mampu
|
memecahkan rekor tercepat dari pemenang
|
sebelumnya. Bahkan selisih waktunya pun
|
terpaut jauh.
|
Maka, ia langsung dikerubuti para wartawan
|
karena punya nilai berita yang sangat
tinggi.
|
“Apa sih rahasia kemenangan Anda? tanya
|
wartawan.
|
“Mudah saja” jawab si pelari Suriah,
enteng.
|
“Tiap kali bersiap-siap akan mulai, saya
|
membayangkan ada serdadu Israel di
|
belakang saya yang akan menembak saya.”
|
Gus Dur Ngelu
|
“Saya mau bertanya sama Pak Permadi dan
|
para hadirin.” kata Sutradara Film Garin
|
Nugroho dalam wayangan. Biasanya, tokoh-
|
tokoh baik itu kalau situasinya susah pada
|
berubah semua. Petruk misalnya, ketika mau
|
jadi raja tiba-tiba berubah wataknya.
|
Permadi yang ditanya Gus Dur yang
|
mnejawab. Ia membenarkan bahwa watak
|
Petruk berubah ketika ia mau menjadi raja.
|
“Makanya, kalau mencari pemimpin mestinya
|
yang tak gampang berubah,” tambah Gus
|
Dur.
|
“Kalau menurut Pak Permadi, Gus Dur itu
|
berubah tidak? celetuk seorang hadirin.
|
“Ya, agak berubah,” jawab Permadi.
|
“Misalnya dalam hal apa?”
|
“Misalnya, kalau dulu Gus Dur itu masih
suka
|
kumpul-kumpul dengan saya, sekarang
|
hampir tidak pernah lagi.”
|
“Kalau itu sih sebabnya sederhana,” sahut
|
Gus Dur.
|
“Sederhana bagaimana Gus?” kejar hadirin.
|
“Ngelu (pusing).”
|
Anggur Mukti Ali
|
Pada kunjungan keliling Eropa bulan
|
Februari 2000, Gus Dur ketemu para kepala
|
negara/pemerintahan. Dia antara lain
|
ketemu Presiden Perancis Jacques Chirac.
|
Untuk mencairkan suasana, seperti biasa,
|
dia memasang jurus ampuhnya: humor. Dan
|
tentu saja guyonan yang dipilihnya adalah
|
sedikit banyak ada sangkutannya dengan
|
tuan rumah.
|
Menurut Gus Dur, pada tahun 1970-an di
|
Indonesia mulai diupayakan dialog
|
antaragama. Penggagasnya adalah Prof
|
Mukti Ali, waktu itu menteri agama.
|
“Saya sangat setuju dengan prinsipnya,
tapi
|
tidak setuju dengan contoh yang diberikan
|
Mukti Ali,” ujar Gus Dur.
|
“Mengapa?” tanya Presiden Chirac, mulai
|
heran.
|
“Menurut Mukti Ali, semua agama itu sama
|
saja; sama bagusnya, sama luhurnya. Ini
|
saya setuju. Tapi dia memberi contoh
|
dengan menyebut anggur. Ini saya tidak
|
setuju. Sebabm, kata Mukti Ali, agama-
|
agama itu seperti anggur. Bisa dimasukkan
|
ke gelas yang pendek, yang lonjong, yang
|
bulat dan sebagainya, tapi isinya sama
saja;
|
anggur.”
|
“Lho, mengapa Anda tidak setuju?” tanya
|
Chirac, belum paham juga.
|
“Sebab anggur itu macam-macam,
|
wadahnya juga macam-macam. Tidak bisa
|
sembarangan.”
|
“Ya, betul, betul,” kata Chirac sambil
|
tertawa. “Saya tahu benar tentang hal itu
|
sebab saya orang Prancis.”
|
Kayak Digigit Semut
|
Ketika menunggu giliran di ruang tungngu
|
pasien, seorang pria remaja berumur 13
|
tahun bertanya kepada bapaknya, “Paka!
|
kalau kita disuntik itu, sakit ya, Pak?”
|
“Oh, tentu saja tidak Nak! Kalau kita
disuntik
|
itu, rasanya seperti digigit semut!”
|
Beberapa saat kemudian, tibalah saatny si
|
anak remaja ini masuk ke kamar periksa
|
tanpa mau diantar bapaknya setelah ia
|
mengetahui kalau disuntik itu rasanya
|
seperti digigit semut.
|
Lima menit kemudian, si Bapak yang
|
menunggu di ruang tunggu pasien ini
|
terkejut mendengar jeritan sang dokter
yang
|
kemudian disusul jeritan anaknya. Setelah
|
pintu kamar periksa dibuka, dilihatnya
|
anaknya yang berjalan pincang dengan
|
pahanya yang biru bengkak, dan mata sang
|
dokter pun juga membengkak.
|
“Lho! Anak saya ini kenapa, Dok? Kok,
|
jalannya pincang begini?” tanya si Ayah
|
kepada sang dokter.
|
“Begini, Pak,” papar sang dokter, “Ketika
|
anak bapak ini mau saya suntik, tiba-tiba
dia
|
meronta-ronta kemudian mata saya dipukul
|
oleh dia, dan …”
|
“Bapak bohong!!!” protes anak remaja itu
|
kepada bapaknya, “Bapak bilang kalau
|
disuntik itu rasanya seperti digigit
semut,
|
ternyata, seperti digigit buaya! Buktinya,
|
lihat ini! bekas gigitannya!”
|
Siapa Lebih dekat dengan
|
Tuhan
|
Perbedaan dalam berbagai hal termasuk
|
aliran dan agama, kata mantan Presiden RI
|
ini, sebaiknya diterima karena itu bukan
|
sesuatu masalah.
|
Jika sudah bisa menerima perbedaan maka
|
akan lebih terbuka dalam berdialog, bahkan
|
kata Gus Dur, lahir lelucon seperti yang
|
dilontarkan seorang kyai, bhiksu, dan
|
pendeta.
|
“Pendeta mengatakan; Kami dekat sekali
|
dengan Tuhan. Jadi kami memangil Tuhan
|
Anak, Tuhan Bapak. Si bhiksu menimpali;
|
Kami juga dekat. Bukan manggil Bapak, tapi
|
Om.
|
Lha bagaimana dengan Anda, pak kyai?
|
Pak Kyai menjawab; Boro-boro deket,
|
manggil-nya aja mesti pake menara,” urai
|
Gus Dur diiringi tawa seisi ruangan.
|
“Saya tadi kan tak bilang dia korupsi,
saya
|
hanya bilang teroris,” jawabnya enteng.
|
Ucapan Terima kasih
|
pada sumber-sumber
|
tulisan yakni:
|
holistikasaya.wordpress.com
|
okezone.com
|
gusdur.net
|
marhendraputra.co.cc
|
No comments:
Post a Comment